Syukur
Alhamdulillah,dengan qudrah dan
iradah Allah SWT akhirnya tulisan ini dapat hadir ke tangan para pembaca
sekalian,makalah ini kami susun dengan harapan semoga bisa bermamfaat bagi kita
dalam memahami kembali bagaimana simbolisme dalam keyakinan yang pernah di
rumuskan oleh agama manusia.
Makalah ini kami susun
sebagai sebuah upaya menghadirkan pembahasan yang rinci tentang penciptaan alam
dari berbagai agama sehingga di harapkan mampu memberi gambaran sejauh mana
makna dan fenomena simbolisme dalam keyakinan manusia, namun demikian saya
meyakini masih adanya kekurangan secara mendasar baik dari segi penulisan,bahan
rujukan,maupun dari segi pemaparan yang mungkin kurang tepat, karena itu kami
sangat berterima kasih bila para pembaca nantinya dapat menambahkan sedikit
masukan dan kritikan yang bersifat membangun demi keluasan pemahaman kita
bersama.
Akhir kata,kami memohon
maaf pada pembaca sekalian atas kekurangan dan kekeliruan isi bahasan makalah
ini. semoga makalah ini dapat memberikan mamfaat bagi para pembaca sekalian.semoga Allah terus melimpahkan
rahmatnya kepada kita.
Wassalam
PENDAHULUAN
Dalam
kehidupannya, manusia tidak bisa lepas dari simbol, bahkan dalam kehidupan
agama atau spiritualnya manusia selalu menciptakan simbol bagi sesuatu
kepercayaannya yang dengan demikian
dapat mengeksresikan keimanannya dan imajinasi terhadap hal yang abstrak namun
di yakininya.
Hubungan
antara manusis dengan simbol-simbol sangat erat sekali bahkan kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan
dengan simbol. Begitu eratnya hubungan manusia dengan simbol sampai manusia pun
disebut sebagai makhluk yang hidup dalam
simbol-simbol. Manusia berpikir, berperasaan dan bersikap dengan
ungkapan-ungkapan yang simbolis, ungkapan yang simbolis ini merupakan ciri khas
manusia, yang membedakannya dengan
hewan. Salah seorang filosof Ernst Cassirer, berpendapat bahwa manusia sebagi
hewan yang bersimbol memang ada benarnya dengan bukti tersebut di atas. Filosof
tersebut menegaskan bahwa manusia itu tidak pernah melihat, menemukan dan
mengenal dunia secara langsung kecuali
melalui berbagai simbol. Kenyataan memang sekadar fakta-fakta tetapi
sebenarnya mempunyai makna psikis,
karena simbol mempunyai unsur pembebasan dan penglihata tersendiri.
Lebih
lanjut lagi penggunaan simbol ini menjadi begitu penting karena adanya suatu
kondisi dimana kedekatan dan keindahan menjadikan ssesuatu yang di yakini itu
hadir di tengah-tengah mereka, dalam makalah ini akan kita bahas sedikit lebih
tentang fenomena ini dalam agama-agama.
PEMBAHASAN
Kata
simbol berasal dari bahasa Yunani yaitu, symbolos yang berarti tanda atau ciri yang
memberitahukan segala sesuatu hal
kepada seseorang. Atau bisa
dikatakan,Simbol adalah semacam tanda, yang mengandung maksud tertentu, karena symbol merupakan suatu objek, kejadian, bunyi bicara
atau bentuk-bentuk tertulis yang diberi makna oleh manusia. Manusia dapat
memberi makna kepada setiap kejadiaan, atau objek yang berkaitan dengan pikiran
gagasan dan emosi.
Maka untuk mempertegas pengertian simbol ini maka lebih dahulu dijelaskan
pengertian simbol, isyarat dan tanda.
Simbol atau lambang ialah suatu hal atau keadaan yang
memimpin pemahaman subjek kepada obyek.
Sedangkan
isyarat ialah suatu hal atau keadaan
yang diberitahukan oleh subjek kepada obyek. Artinya subjek selalu berbuat sesuatu untuk memberitahu kepada obyek yang
diberi isyarat agar obyek mengetahuinya pada saat itu juga. Isyarat yang dapat
ditangguhkan penggunaannya akan berubah
bentuk menjadi tanda. Contoh isyarat yaitu peluit kereta api, gerak-gerik bendera
morse dan lain sebaginya. Dan tanda ialah suatu hal atau keadaan yang menerangkan obyek kepada
subjek. Tanda selalu menunjuk
kepada yang riil (benda) kejadian atau
tindakan. Contohnya sebelum guntur berbunyi selalu ditandai dengan kilat. Tanda
almiah ini merupakan bagian dari
hubungan alamiah, sebelum guntur
meledak di dahului dengan kilat. Misalnya warna putih merupakan lambang
kesucian, warna merah melambangkan keberanian, rantai di dalam lambang Negara Republik Indonesia merupakan
lambang kemanusiaan dan lain sebagainya.
Hubungan
antara manusis dengan simbol-simbol sangat erat sekali bahkan kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan
dengan simbol. Begitu eratnya hubungan manusia dengan simbol sampai manusia pun
disebut sebagai makhluk yang hidup dalam
simbol-simbol. Manusia berpikir, berperasaan dan bersikap dengan
ungkapan-ungkapan yang simbolis, ungkapan yang simbolis ini merupakan ciri khas
manusia, yang membedakannya dengan
hewan. Salah seorang filosof Ernst Cassirer, berpendapat bahwa manusia sebagi
hewan yang bersimbol memang ada benarnya dengan bukti tersebut di atas. Filosof
tersebut menegaskan bahwa manusia itu tidak pernah melihat, menemukan dan
mengenal dunia secara langsung kecuali
melalui berbagai simbol. Kenyataan memang sekadar fakta-fakta tetapi
sebenarnya mempunyai makna psikis,
karena simbol mempunyai unsur pembebasan dan penglihatan (Cassirer, 1994: 23).
Hal ini
dikuatkan pendapat bahwa simbol perlu ditafsirkan dan penafsiran akan
mendekatkan diri pada pemikiran yang
akhirnya masuk dalam dimensi kemerdekaan, termasuk unsur pembebasan (Noerhadi,
1980: 193-194).
The
Liang Gie (1975: 26) di dalam kamus logika
Dictionary of Logic menyebutkan bahwa simbol adalah tanda buatan manusia
yang bukan berwujud kata-kata untuk mewakili sesuatu dalam bidang logika saja
karena dalam budaya simbol dapat berupa kata-kata, berikut ini akan dijelaskan
lebih lanjut. Simbol adalah sesuatu hal
atau keadaan yang merupakan media
pemahaman terhadap obyek, untuk mempertegas pengertian simbol ini lebih dahulu
dijelaskan pengertian simbol, isyarat dan tanda. Simbol atau
lambang ialah suatu hal atau keadaan yang memimpin pemahaman subjek
kepada obyek.
Sedangkan
isyarat ialah suatu hal atau keadaan
yang diberitahukan oleh subjek kepada obyek. Artinya subjek selalu berbuat sesuatu untuk memberitahu kepada obyek yang
diberi isyarat agar obyek mengetahuinya pada saat itu juga. Isyarat yang dapat
ditangguhkan penggunaannya akan berubah
bentuk menjadi tanda.
Contoh isyarat
yaitu peluit kereta api, gerak-gerik bendera morse dan lain sebaginya.
Dan tanda ialah suatu hal atau keadaan
yang menerangkan obyek kepada subjek. Tanda
selalu menunjuk kepada yang riil
(benda) kejadian atau tindakan. Contohnya sebelum guntur berbunyi selalu
ditandai dengan kilat. Tanda almiah ini merupakan bagian dari hubungan alamiah, sebelum guntur meledak didahului dengan kilat. Tanda-tanda
yang dibuat manusia pun menunjukkan sesuatu yang terbatas yang artinya
menunjukkan hal-hal tertentu pula, misalnya tanda-tanda lalu lintas, tugu-tugu
jarak jalan seperti kilometer, hektometer, tanda baca pada bahasa tulis,
tanda-tanda pangkat atau jabatan.
Sebaliknya pada lambang contohnya lambang palang merah dan lambang Garuda
Pancasila merupakan suatu benda, keadaan
atau hal yang mempunyai arti yang terkandung didalam lambang-lambang tersebut.
Sebuah benda, misalnya bunga,
yang dirangkai menjadi untaian bunga atau kanvas yang menyatakan untuk ikut
berduka cita atau bendanya, tetapi pemahaan arti benda itu dipakai sebagai
lambang untuk menyatakan ikut berduka
cita.
Dalam
hal ini sifat kejiwaan yang ditonjolkan. Bendanya sendiri dibedakan dari unsur yang terkandung dalam
dirinya sendiri dan diperluas maknanya. Buku C.A. Van Peursen Strategi Kebudayaan (1976: 141) menjelaskan pengertian tanda dan simbol sebagai berikut
:
Pertama,
sejumlah pengarang membedakan antara tanda dan simbol. Tanda mempunyai
pertalian tertentu dengan apa yang ditandai. Dimana ada asap di situ ada
api. Asap merupakan tanda adanya
api. Hewan pun dapat diajari tanda-tanda api. Hewan pun dapat diajari
menghafalkan tanda-tanda. Ia sendiri dapat menciptakan tanda-tanda yang dinamai
dengan simbol-simbol. Antara tanda dan yang ditandai tidak ada lagi pertalian alamiah. Huruf api
itu merupakan sebuah simbol. Dengan cepat kita memahami tanda-tanda tersebut.
Suatu perjanjian lisan dan sederhana sudah cukup disebut tanda. Terdapat juga
simbol-simbol yang semata-mata dalam ilmu matematika, atau petunjuk-petunjuk di
sebuah stasiun.
Kedua,
terdapat juga simbol-simbol yang terbina
selama berabad-abad. Lambang-lambang purba seperti api, air, matahari,
ikan mempunyai fungsi yang kadang-kadang religius seni atau aspek-aspek tersebut tidak dapat dipisahkan, dan dalam lingkungan
kebudayaan kuno memang berjalan
bersama-sama. Contoh bagus dapat dijumpai dalam huruf-huruf hieroglif di Mesir
Kuno. Hurufhuruf tersebut menggambarkan makna dan menjadi lambang-lambang
keagamaan kuno yang sekaligus merupakan
ekspresi seni yang indah sekali.
Ketiga, lambang-lambang mengejawantahkan proses belajar, sehingga
seolah-olah dapat naik menara lalu dapat
memandang daerah-daerah luas yang belum ia kenal. Kemudian ia tahu arah
mana yang harus dijadikan kiblat. Manusia tidak seperti hewan yang terkurung dalam lingkungan alam tetapi
alat itu diangkat ke dalam daya letusan-letusan simbol-simbol sendiri.
Ini berarti bahwa manusia tidak hanya
mendirikan menara-menara yang memperluas pandangan, melainkan
pemandangan sendiri diubahnya.
Lambang-lambang
merupakan petunjuk jalan di tengah-tengah kesimpangsiuran perbuatan manusia.
Lambang itu melontarkan pertanyaan, bagaimana orang menanggapi situasi di
sekeliling? Simbol-simbol merupakan tugu-tugu yang menandai proses belajar umat
manusia, petunjuk jalan ke arah pembaharuan. Bahkan lambang-lambang purba yang
sepanjang abad dewasa ini dijumpai dalam
mitos kesenian, kebudayaan impian dan bawah sadar, bukanlah hal-hal yang
tetap melainkan selalu harus ditafsirkan
kembali. Dengan penafsiran ulang, lambang-lambang itu dapat berlaku, seperti
dalam psikoterapi dan kesenian, daya simboliknya tetap sama, asal disusun
menjadi kaidah-kaidah baru.
Keempat,
lambang-lambang memperlihatkan sesuatu dari kaidah-kaidah tersebut tidak hanya
bertalian dengan akal budi dan
pengertian manusia, tetapi seluruh pola kehidupan, perbuatan dan harapannya. Kaidah tersebut yang
bertalian dengan situasi-situasi yang disusun kembali lewat
perubahan-perubahan dalam simbol-simbol, lambang-lambang bukan hasil kerja
otak, bukan semacam teka-teki silang. Lambang-lambang harus dipraktekkan. Ia
merupakan jalan yang memakai arah
kepada perjalanan manusia, alat-alat transformasi, untuk
mengubah sesuatu. Semua aktivitas manusia berlangsung lewat kaidah-kaidah
tertentu, entah dalam sesuatu mekanisme teknis,
kebijaksanaan politik, perwujudan artistik ataupun argumentasi ilmiah.
Kaidah-kaidah tadi mengkoordinir lambang-lambang yang dipakai manusia. Jurnal
Filsafat, April 2003, Jilid 33, Nomor 1 100
Kelima,
lambang-lambang itu, berada di luar badan manusia dan tidak terikat dengan naluri jasmani. Manusia dapat
menangani simbol-simbol. Simbol muncul
bila manusia mempelajari yang sedang berlangsung. Belajar berarti
menggali ilmu. Manusia memiliki dan
menggunakan media yang disedia bahasa bahasa untuk menampung
hasil pelajarannya. Dengan bahasa manusia mentransfer ilmu-ilmu yang telah
didapat generasi selanjutnya. Dengan demikian sesuatu
yang dipelajari setiap angkatan
terus menerus menambah khasanah
pelajaran-pelajaran, sehingga
pengetahuan manusia terus bertambah, seiring dengan kemajuan jaman, dan
meluasnya wawasan manusia.
Pada proses pembelajaran
selanjutnya, ilmu dan pengetahuan manusia ditulis agar tidak hilang.
Penulisan ilmu itu tentu menggunakan lambang-lambang atau
simbol-simbol abstrak yang
disandikan (bahasa sandi). Maka
pengertian bahasa menjadi luas, mencakup segala macam bentuk simbol.
Agama
sebagai sebuah institusi sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan serta imajinasi manusia tentang
keberadaan yang gaib, yaitu tentang
hakikat hidup dan maut dan
tentang wujud dewa-dewa dan makhluk halus lainnya yang mendiami alam gaib. keyakinan-keyakinan seperti
itu biasanya diajarkan kepada
manusia dari kitab-kitab suci agama yang bersangkutan atau dari
mitologi dan dongeng-dongeng suci yang hidup dalam masyarakat. Sistem
kepercayaan sangat erat hubungannya dengan sistem upacara-upacara keagamaan dan
menentukan tata cara dari unsur-unsur, acara, serta keyakinan
alat-alat yang dipakai dalam sebuah upacara.Tujuan
sistem upacara keagamaan adalah untuk
digunakan sebagai media hubungan manusia dengan Tuhan, dewa-dewa atau
mahkluk halus yang mendiami alam gaib.
Sistem upacara keagamaan ini melambangkan konsep-konsep yang terkandung dalam sistem kepercayaan. Seluruh sistem upacara keagamaan
terdiri dari aneka macam upacara. yang terdiri
dari kombinasi berbagai macam
unsur upacara, misalnya berdo’a,
bersujud, sesaji, berkurban, dan sebagainya.
Kedudukan simbol dalam agama sebagaimana dapat dilihat
dalam kegiatan atau upacara keagamaan.
Tindakan simbolis dalam upacara keagamaan merupakan bagian sangat penting
karena tindakan simbolis ini melambangkan
komunikasi manusia dengan Tuhan. Simbolisme dalam agama dapat dilihat
pada segala bentuk upacara keagamaan dalam bentuk-bentuk kisah nabi, mulai dari
Nabi Adam as sampai dengan nabi Muhammad SAW.
Cara-cara
berdo’a mansuia dari dulu dampai sekarang selalu diikuti dengan tingkah laku simbolis,
misalnya mengucapkan do’a sambil
menengadahkan kedua telapak tangan dan seraya mendongakkan kepala ke atas, seolah siap menerima sesuatu
dariTuhan.
Dalam hal inilah persepsi
tentang penggunaan simbol menjadi sebagai salah satu ciri signifikan manusia
yang akan menjadi sasaran penting dalam sosioligi dan disiplin lainnya.Dalam
dunia antropologi, istilah simbol sudah semenjak lama dinyatakan baik secara
ekpresif implicit. Edward tylor, perintis antropologi pada abad ke-19, misalnya
menilis kekuatan penggunaan kata-kata sebagai tanda untuk mengekspresikan
pikiran, yang dengan ekspresi itu bunyi tidak secara langsung menghubungkannya,
sebenarnya sebagai simbol-simbol arbiter, adalah tingkat kemampuan khusus
manusia yang tertinggi dalam bahasa yang keadirannya mengikat bersama semua ras
manusia dalam kesatuan mental.
Agama
sebagai sebuah institusi sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan serta imajinasi manusia tentang
Tuhan, keberadaan berada gaib, supranatural, yaitu tentang hakikat
hidup dan maut dan tentang wujud dewadewa dan makhluk halus lainnya yang
mendiami alam gaib. Keyakinankeyakinan seperti
itu biasanya diajarkan kepada
manusia dari kitab-kitab suci agama yang bersangkutan atau dari
mitologi dan dongeng-dongeng suci yang hidup dalam masyarakat. Sistem
kepercayaan erat hubungannya dengan
sistem upacara-upacara keagamaan dan menentukan
tata cara dari unsur-unsur,
acara, serta keyakinan alat-alat yang dipakai dalam upacara (Koentjaraningrat,
1974 : 19).
Tujuan
sistem upacara keagamaan adalah untuk
digunakan sebagai media hubungan manusia dengan Tuhan, dewa-dewa atau
mahkluk halus yang mendiami alam gaib.
Sistem upacara keagamaan ini melambangkan konsepkonsep yang terkandung dalam sistem kepercayaan. Seluruh sistem upacara keagamaan
terdiri dari aneka macam upacara terdiri
dari kombinasi berbagai macam
unsur upacara, misalnya berdo’a,
bersujud, sesaji, berkurban, dan sebagainya. Kadangkala interpretasi terhadap
kitab sucipun mengarah kepada pemahaman simbolik, misalnya Ibnu Araby dalam
interpretasinya terhadap Qur’an melangkah sangat jauh meninggalkan makna literal
teks, dan menyeberang ke pemahaman simbolik (Chittick, 2001: vi) Kedudukan simbol dalam agama sebagaimana dapat dilihat
dalam kegiatan atau upacara keagamaan
merupakan penghubung antara komunikasi
human kosmis dan komunikasi keagamaan lahir
dan batin. Tindakan simbolis dalam upacara keagamaan merupakan bagian
sangat penting karena tindakan simbolis ini melambangkan komunikasi manusia dengan Tuhan. Simbolisme
dalam agama dapat dilihat pada segala bentuk upacara keagamaan dalam
bentuk-bentuk kisah nabi, mulai dari Nabi Adam as sampai dengan nabi Muhammad
SAW.
Cara-cara
berdo’a mansuia dari dulu dampai sekarang selalu diikuti dengan tingkah laku simbolis,
mengucapkan do’a sambil menengadahkan
kedua telapak tangan seraya mendongakkan kepala
ke atas, seolah siap menerima sesuatu dari Tuhan Yang Maha Tinggi.
Kisah nabi Adam as dan Hawa yang memakan
buah khuldi juga merupakan simbol dalam agama. Dalam kisah tersebut nabi Adam
AS dan Hawa telah berhasil dibujuk oleh iblis (menampakkan diri sebagai ular)
memakan buah khuldi. Ular adalahs seekor binatang yang memiliki lidah bercabang
dan racun bisa yang sangat berbahaya
bagi manusia. Apalagi jika pembicaraannya bertambah dengan kata-kata yang
berbisa, kedengarannya lemah lembut namun sesungguhnya mengandung maksud jahat.
Semua
kegiatan dalam kehidupan manusia, baik yang bersifat religius maupun non-religius,
pada umumnya melibatkan simbolisme. Ada tiga bentuk tradisi symbol-simbol yang di kenal:
1.
Tradisi symbol ekspresi.
Tradisi symbol ini lahir
dari berbagai ekspresi manusiadi dalam membentuk dan memberi makna terhadap
forma atau bentuk-bentuk yang hidup dari objek yang ada di sekelilingnya dan
terhadap fakta religius yang trasedental. Dan dari hasil ekspresi tersebut maka
dapat melahirkan berbagai tradisi simbolisme dalam bentuk-bentuk senu budaya.
Dan lewat seni budaya tersebut dapat melahirkan berbagai pesan komunikatif
antara manusia dengan sesama manusia
2.
tradisi symbol kratofani
yang lahir karena adanya
factor wahyu di dalam tradisi memahami dan memaknai asal-usul atau sumber
dokrit. Wahyu sering di simbolkan sebagai langit, dan langit merupakan symbol
transedensi yang kudus, maka mentradisilah istilah alam mengorientasiakan agama
sebagai agama langit. Pemakanaan symbol ini sesuai engan agama masing-masing
dimana symbol tersebuttalah terorganisir dan terstruktur.
3.
tradisi symbol herofani
yang memaknai hubungan
manusia dengan TuhanNya yang kudus dalm bentuk pemujaan dan penyembahan. Salah
satu dari tradisi symbol ini dalah terlihat pada pengkultusan benda-benda,
batu, gunung, pohon, bahkan tikar(sajadah) tempat sujud. Melalui penyembahan
kepada benda-benda itulah manusia tersebut dapat sampai pada pengenalan yang
kudus, kemudiaanya mentradisi dalam bentuk pemujaan.
Berbagai fenomena simbolik
yang lahir dari sebuah kepercayaan, dariberbagai ritual dan etika agama
merupakan ungkapan simbolis yang bermakna
agama. Pada aspek kepercayaan symbol menetapkan tanda realitastransenden
didalam hubungan dengan kebenaran (wujud)-Nya Yang kudus, sehingga manusia
dapat sampaipada pengenalan yang kudus dan trasenden. Dan fenomena yang kultus
terdapat didalam agama-agama, adalah salah satu bentuk interpretative dari
sebuah kepercayaan atau keyakinan agama yangdi repleksikan dalam berbagai
bentuk persembahan dan pemujaan.
Apabila dalam islam system
kepercayaan berintikan kepada pemujaan zat yang maha Esa(tauhid) sebagai
simbolis Tuhan Allah yang disembah, maka dalam agama lain pun juga demikian
misanya, dalam agama khatolik, pemujaan di wujudkan dalam bentuk penyembah-an patung yesus yang di
percayai sebagai unsure utama dari system keyakinan. Pemujaan hinduisme
terfenomena pada penyembahan patung TRI murti yang di yakini sebagai symbol
dewa brahma, wisnu dan shiwa. Brahma sebagai symbol pencipta di lambing dengan
empat tangan yang di interpretasikan dengan makna; di samping tangan jasmani
juga di perlukan tangan-tangan rohani sebagai lambang rencana penciptaan.Wisnu
adalah symbol pemelihara-an yangdi lambangkan dengan gambar seorang petapa
sementara shiwa dilambangkan sebagai perusak yang duduk di atas ular kobra.
Dalam budhisme, pemujaan dan
penyembahan patung budha duduk bersila dengan postur mistis merupakan inti
kepercayaan budha yang di interpretasikan dengan yang maha mengetahui, yang
mencari di gambarkan dalam bentuk patung-patung budha adalah symbol kebebasan
spiritual bagi umatnya. Memodelkan tuhan sebagai bentuk symbol, tidak hanya di
jumpai dalam agama histories saja tetapi juga terdapat pada ajaran pra-istoris
melalui beberapa tahapan. Fenomena pemujaan dan penyembahan ke pada batu(patung
dari batu) dan unsur-unsur alam kosmos lainnya yang di simbolkan sebagai tuhan
dalam bentuk kepercaya-an primitive, menggambarkan manusia pahlawan dan juru
selamat sebagai symbol Tuhan adalah tahap kedua dari kepercayaan umat manusia.
Kesemua fenomena keagamaan
di atas, mulai dari system kepercayaan sebagai institusi agama, system
ritual sebagai aplikasi dari inti atau
isi yaitu agama dan system moralnya merupakan hasil refleksi dari manusia, baik
pengalaman individual maupun kelompok.
ANALISIS SISTEM
MAKNA SIMBOL DALAM AGAMA
Simbol adalah lambang yang
berbicara tanpa kata-kata, menulis tampa tulisan.oleh karena itu symbol
merupakan cara pengenalan makna secara otonom, maupun logikanya sendiri,
tersruktur dalam suatu system yang koheren, bersifat mistis dan universal.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat digambarkan beberapa system symbol dengan
makna yang terkandung di dalamnya, di antaranya yaitu;
a.
Bulan bintang
Simbol ini secara
realitasnya koheren dengan islam,bulan bintang adalah simbolisme dari nabi atau
rasul, yang melambangkan hati yang peka. Nabi dan rasul sebagai penghambar
sebagai atasan, peterjemah bahasa ilahiyah dan lain-lain, tidak mungkin ia
jalankan secara,kekerasan kecuali dengan hati yang terbuka, sehingga mereka di
simbolkan dengan orang yang terpilih seperti bulan. Bulan sabit dikaitkan
dengan hati, berarti hati yang responsive terhadap cahaya ilahi,cahaya ilihi
sendiri di simbolkan dengan bintang segi lima. Di sebutkan dengan bintang segi
lima karenaketika cahaya itu terang ia mempunyai segi lima, ketika di pantulkan
menjadi segi empat. Pada pembentukan pertama memberi makna pencipta sedangkan
bentuk yang lainnya membri makna ketiadaan. Sebagai wujud alami manusia yang di
mulai dari ada ke tiada.
b.
Warna dan ritual
Pemilihan warna dalam sebuah
ritual juga mempengaruhi penafsiran symbol masing-masing sesuai dengan tradisi
dan penganut agama tertentu. Misalnya dalam agama Kristen warna banyak di gunakan
sebagai symbol adalah, putih, kuning keemasan, merah, hijau dan unggu. Kunimg
dan keemasan memiliki makna simbolis keabadiaan, kesucian, kemurnian, dan
kebenaran. Warna merah melambangkan api dan darah, warna hijau melambangkan
ketenangan, menyegarkan dan melegakan. Warna unggu sebagai symbol
kebijaksanaans, keseimbangan, kehati-hatian dan was-was diri. Di dalam agama
hindu atau Buddha di dominasi dengan warna kuning, sementara islam memendang
putih dan hijau, merupakan warna yang sacral, sehingga warna hijau di maknai
dengan pengislaman.
c.
Simbol salib
Lambang salib di maknai
dengan tiga rahasia dan dengan memaknai tiga rahasia ini kita akan memaknai
seluruh ala mini, yaitu pertama dari sisi bentuknya, melambangkan manusia yang
sempurna, kedua ruang dimana pada silib terdapat dua ruang horizontal
yangmemantulkan dua ruang bulat yang bersifat mistis. Dua ruang mistis ini
dimaknai dua dunia, yaitu dunia ini dan dunia sesudahnya dan dua symbol inilah
yang memperlihatkan tanda-tanda persilangan.
d.
Simbol zunar
Zunar adalah symbol zuroster
bebentuk benang sutra yang di pakai pada rompi, baik laki-laki maupun
perempuan. Benag sutra di percayai sebagai benda yang paling keramat. Arti
moral zunar adalah pelayanan, sementara makna mistisnya, ketika zunar itu telah
di sucikan dengan air, api dan udara kemudian di pakai secara horizontal dalam
bentuk salib, maka seseorang yang memakai bermakna sebagai mahluk tuhan dan tidak boleh melakukan pekerjaan secara
bebas melaikan harus mendahulukan pelayanan kepada tuhan dan mahluknya
e.
Simbol matahari
Simbol ini bermakna alam
semesta dari tuhan.simbol ini pada umunya di gambarkan dalam bentuk yang
berbeda-beda. Misalnya dalam agama hindu terdapat beberapa candi dan Buddha
juga terdapat symbol matahari disekeliling avatar. Begitu juga dalam islam
lambing matahari yang di likiskan dalam bahasa Persia atau arab sering di
gambarkan dalam bentuk mesjid, meskipun tidak di maknai sebagai symbol suci.
f.
Simbol seruling dan bulu merak
Simbol ini merupakan symbol
yang suci yang di gambarkan dalam bentuk krisna meniup seruling dan memakai
bulu burung merak. Seruling adalah symbol penderitaan dan kesedihan yang di
alami jiwa sepanjang hidupnya yang di gambarkan seperti lubang-lubang yang ada
pada buluh seruling. Apabila di tiup menjadi sebuah alat yag menhasilkan musik
dan melalui alat itulah manusia tergugah untuk mengenal tuhan. Sementara bulu
merak di kepala adalah symbol pengetahuan.
g.
Simbol air
Air adalah symbol dari ruh.
Sifat dasar dari air adalah memberi kehidupan ke pada bumi, demikian juga sifat
ruh memberi kehidupan pada tubuh. Tampa air bumi akan mati begitu juga tubuh
apabila tampa ruh akan mati. Air dan bumi keduanya bercampur, ruh juga
bercampur dengan materi dan menghiduokannya kembali. Hal itu bermakna ruh
seperti air yang berada didalam bumi. Di tempat manapun bumi ini pasti ada air
(kecuali tempat tertentu) begitu juga ruh, tidak ada ruang yang di tempati ruh,
hanya ketiadaan materi saja yang memungkinkan.
h.
Simbol anggur
Anggur sebagai symbol suci
tidak hanya dalam keprcayaan agama nasrani, tetapi juga dalam kepercayaan
lainnya, seperti zaroaster dan hindu. Anggur adalah lambing dari evolusi
manusia. Anggur yang berasal dari proses penghancuran. Buah anggur adalah
lambang keabadian yang datang dari proses peniadaan diri. Ketika diri berubah
sesuatu yang beradadari sebelumya, layaknya jiwa yang terlahir kembali.anggur
berubah sebuah minuman hal inilah yang menjadi perubahan yang akan lebih baik.
i.
Simbol merpati
Merpati di simboliskan
sebagai pembawa pesan dari satu tempat ketempat yang lain dan lambang burung
merpati itu adalah lambing alam untuk mewakili pesuruh dari atas sana. Burung
adalah symbol yang mewakili musafir langit dan juga mewakili mahluk yang
aslinya di bumi dan bisa tinggal di angkasa. Symbol ini bermakna pertama, burung
mewakili gagasan tentang jiwa yang tempat tinggalnya di surga. Yang berikutnya
mewakili penghunu bumi yang berjalan di lingkungan yang lebih tinggi,kedua,
memberi makna berupa gagasan bahwa manusia spiritual tinggal di bumi, berasal
dari surga yang bertempat di bumi sementara waktu. Symbol ini menggambarkan
tentang kehidupanyang akan di tempatkan oleh manusia sebagai mahluk beragama.
j.
Simbol buraq
Buraq di simbolkan sebagai
kendaraan pada perjalan mi’raj nabi Muhammad saw, dan mi’raj adalah suatu
insiasi perjalanan dari baitul maqdis ke sidratul muntaha. Perjalanan ini dari
sudut mistisnya di maknai dengans’’perjalanan dari mesjid perdamaian ke dalam
mesjid perdamaian. Simbl buraqdi pandang sebagai hewan surga yang mempunyai sayap dan bertubuh kuda,
dan bermuka manusia. Sayap di maknai dengan pikiran, tubuh melambang tubuh
manusia, dan kepalanyamelambangkan kesempurnaan.
- Swastika
merupakan
salah satu simbol yang paling disucikan dalam tradisi Hindu, merupakan contoh
nyata tentang sebuah simbol religius yang memiliki latar belakang sejarah dan
budaya yang kompleks sehingga hampir mustahil untuk dinyatakan sebagai kreasi
atau milik sebuah bangsa atau kepercayaan tertentu.Di yakini sebagai salah satu
simbol tertua di dunia, telah ada sekitar 4000 tahun lalu (berdasarkan temuan
pada makam di Aladja-hoyuk, Turki), berbagai variasi Swastika dapat ditemukan
pada tinggalan-tinggalan arkeologis ( koin, keramik, senjata, perhiasan atau
pun altar keagamaan) yang tersebar pada wilayah geografis yang amat luas.
Wilayah
geografis tersebut mencakup Turki, Yunani, Kreta, Cyprus, Italia, Persia,
Mesir, Babilonia, Mesopotamia, India, Tibet, China, Jepang, negara-negara
Skandinavia dan Slavia, Jerman hingga Amerika. Budha mengambil swastika untuk
menunjukkan identitas Arya. Makna simbul
Swastika adalah Catur Dharma yaitu empat macam tugas yang patut kita Dharma
baktikan baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk umum (selamat, bahagia dan
sejahtra) yaitu:
1. Dharma Kriya: Melaksanakan swadharma dengan tekun
dan penuh rasa tanggung jawab
2. Dharma Santosa: Berusaha mencari kedamaian lahir
dan bathin pada diri sendiri.
3. Dharma Jati: Tugas yang harus dilaksanakan untuk
menjamin kesejahtraan dan ketenangan keluarga dan juga untuk umum
4. Dharma Putus: Melaksanakan kewajiban dengan penuh
keikhlasan berkorban serta rasa tanggung jawab demi terwujudnya keadilan social
bagi umat manusia.
Makna
yang lebih dalam yaitu Empat Tujuan Hidup yaitu Catur Purusartha / Catur Warga:
Dharma, Kama, Artha, Moksa.
1.
Dharma : Kewajiban/kebenaran/hukum/Agama/Peraturan/Kodrat
2.
Artha : Harta benda / Materi
3.
Kama : Kesenangan / Hawa Nafsu
4.
Moksa : Kebebasan yang abadi
Simbol
ini, yang dikenal dengan berbagai nama seperti misalnya Tetragammadion di
Yunani atau Fylfot di Inggris, menempati posisi penting dalam kepercayaan
maupun kebudayaan bangsa-bangsa kuno, seperti bangsa Troya, Hittite, Celtic
serta Teutonic. Simbol ini dapat ditemukan pada kuil-kuil Hindu, Jaina dan
Buddha maupun gereja-gereja Kristen (Gereja St. Sophia di Kiev, Ukrainia, Basilika
St. Ambrose, Milan, serta Katedral Amiens, Prancis), mesjid-mesjid Islam ( di
Ishafan, Iran dan Mesjid Taynal, Lebanon) serta sinagog Yahudi Ein Gedi di
Yudea.
Swastika
pernah (dan masih) mewakili hal-hal yang bersifat luhur dan sakral, terutama
bagi pemeluk Hindu, Jaina, Buddha, pemeluk kepercayaan Gallic-Roman (yang altar
utamanya berhiaskan petir, swastika dan roda), pemeluk kepercayaan Celtic kuna
(swastika melambangkan Dewi Api Brigit), pemeluk kepercayaan Slavia kuno
(swastika melambangkan Dewa Matahari Svarog) maupun bagi orang-orang Indian
suku Hopi serta Navajo (yang menggunakan simbol itu dalam ritual penyembuhan).
Jubah Athena serta tubuh Apollo, dewa dan dewi Yunani, juga kerap dihiasi
dengan simbol tersebut. dan swastika juga merupakan simbol identis dari salib.
Di
pihak yang lain, Swastika juga menempati posisi sekuler sebagai semata-mata
motif hiasan arsitektur maupun lambing entitas bisnis, mulai dari perusahaan
bir hingga laundry. Bahkan perusaha besar Microsoft menggunakan lambang
swastika miring ke kanan 45 derajat, mungkin sebagai lambang keberuntungan.
Karena sampai saat ini tercatat sebagai perusahaan terkaya di Dunia. Bahkan,
swastika juga pernah menjadi simbol dari sebuah kekejaman tak terperi saat
Hitler menggunakannya sebagai perwakilan dari superioritas bangsa Arya. Jutaan
orang Yahudi tewas di tangan para prajurit yang dengan bangga mengenakan
lambang swastika (Swastika yang “sinistrovere”: miring ke kiri sekitar 45
derajat) di lengannya. Swastika sebagai lambang Dewa Ganesha (anak Shiva yang
bermuka gajah), sebagai makna Catur Dharma.
BAB IV. PENUTUP
Demikianlah
ringkasnya tentang fenomena Simbol,sebagai tanda buatan manusia yang bukan
berwujud kata-kata untuk mewakili sesuatu dalam bidang logika saja karena dalam
budaya simbol dapat berupa kata-kata. Simbol adalah sesuatu hal atau keadaan yang merupakan media pemahaman terhadap obyek, Simbol atau
lambang ialah suatu hal atau keadaan yang memimpin pemahaman subjek
kepada obyek.Tindakan simbolis dalam upacara keagamaan merupakan bagian sangat
penting karena tindakan simbolis ini melambangkan komunikasi manusia dengan Tuhan. kegiatan
dalam kehidupan manusia, baik yang bersifat religius maupun non-religius, pada
umumnya melibatkan simbolisme.
Tradisi
symbol Symbol ini lahir dari berbagai ekspresi manusiadi dalam membentuk dan
memberi makna terhadap forma atau bentuk-bentuk yang hidup dari objek yang ada
di sekelilingnya, tradisi-tradisi tersebut jika di kaji akan nampak berbeda
dalam segi nilainya. Seperti ekspresi,symbol kratofani karena adanya factor wahyu di dalam
tradisi memahami dan memaknai asal-usul atau sumber dokrin, symbol herofani yang
memaknai hubungan manusia
dengan TuhanNya yang kudus dalm bentuk pemujaan dan penyembahan,
Pada aspek kepercayaan
symbol menetapkan tanda realitastransenden didalam hubungan dengan kebenaran
(wujud)-Nya Yang kudus, sehingga manusia dapat sampai pada pengenalan yang
kudus dan trasenden.
Sebenarnya
sangat banyak simbol yang masih hidup sampai sekarang bahkan tidak kita sadari
ada pada peralatan, pakaian,makanan, kenderaan, lukisan, lagu, hiasan, gambar,
film, atau pada logo produk, iklan, bahkan pada gerakan tubuh, yang kesemuanya
itu sengaja di buat untuk kepentingan kelompok atau sebagai sesuatu ekspresi
dari ideologi mereka. Dan sebagaimana contoh diatas, simbol-simbol ada yang
berlaku universal, sinkretis, atau bersifat doktrinal saja. Simbol-simbol itu tentu saja adalah simbol
sakral, yang di yakini sebagai tanda untuk suatu alasan yang suci pula.
Ahmad Fedyani Saidfuddin, Antropologi kontemporel, Jakarta Jakarta:Raja Grafindo Persada,
2005
Jurnal Filsafat, April
2003, Jilid 33, Nomor 1
M. Ibnu, Simbolisme
Agama dalam Politik
Konentjaranigngrat,Beberapa
Pokok Antropologi Sosial,Jakarta; Dian Rakyat, 1980
Dandang kahmad, Sosiologi Agama,Bandung: Rosda
Karya,2006
Nurdinah Muhammad, Antropologi
Agama,Banda Aceh: Ar-raniry Press,2007
M. Ibnu, Simbolisme
Agama dalam Politik h. 101